Catatan Pendakian Tektok Slamet Yang Sungguh Menyenangkan



PENDAKIAN TEKTOK SLAMET




taraaaaaaaa

Tanggal 29 Juni 2018 lalu, 6 orang pasukan Universitas Gambar Manuk kembali menjejakkan kakinya di Gunung Slamet via Bambangan. Pendakian ini diikuti hanya oleh 6 orang, yaitu saya,Andi,Satrio,Apin,Anda,Gusti. Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah dengan status yang masih aktif, terletak di Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang. Pendakian kami ini bermula dari rasa penasaran saya bagaimana jika mendaki gunung slamet yang notabenenya tertinggi no 2 di Jawa sekaligus Gunung tertinggi se-jateng ini. Namun, banyak pertimbangan dari teman saya dan bertanya tanya “naik slamet tektok? ah ra mungkin” tetapi saya disini meyakinkan teman teman saya dan alhasil teman saya perrcaya kepada saya dan kami memutuskan untuk melakukan Pendakian yang dilaksanakan pada tanggal 30 Juni yang lalu, dengan persiapan yang bisa dibilang mendadak. Alright, kita mulai cerita ini gaes!
Jumat 29 Juni 2018, Saya dan Tim mulai packing dan membeli logistik. Carrier, nesting, kompor, jas hujan, baju ganti, senter, dan matras sudah kami siapkan. Oke, waktunya berangkat karena perjalanan hari ini akan kami mulai pukul 18:00 WIB dari semarang dengan motoran yang ditempuh 5 jam setengah. Setelah kami menaiki motor selama 5 jam setengah perjalanan ditempuh, dan akhirnya kami sampai di Basecamp Bambangan pada pukul 23.30 WIB . Setelah melakukan registrasi dengan tiket masuk seharga Rp. 10.000 per orang dan sejenak menghela udara segar kaki gunung, pukul 00:30 WIB kami memulai pendakian. Jalur menuju pos 1 ini melewati jalan setapak di sekitar perkebunan warga, dengan medan tanah dan bebatuan. Area menuju pos 1 ini merupakan area milik perhutani, yang didominasi oleh pohon pinus. Sebelum tiba di pos 1, kami tiba di pos bayangan yang terdapat cukup banyak gubug sederhana untuk berjualan warga sekitar. Waktu tempuh dari basecamp menuju Pos 1, Pondok Gemirung, kami tempuh sekitar 1 jam 30 Menit.  Kami sampai di pos 1 sekitar pukul 2:00 WIB.
POS 1: PONDOK GEMIRUNG
Di pos 1 ini terdapat warung-warung dan shelter untuk warga berteduh. Sayangnya para penjual di warung ini sudah beranjak pulang karena kami mendaki di dini hari. Pemandangan daerah kaki Gunung Slamet terlihat indah dari sini. Kami beristirahat selama 10 menit karena nafas kami sudah lumayan terengah-engah. . Sepanjang jalan kami agak disulitkan dengan licinnya medan tanah basah yang lumayan menanjak. Karena langit pun mulai tertutup lebatnya pohon dan vegetasi, kami pun melangkah dengan tergesa, dengan target sampai di pos 2. Akhirnya sekitar pukul 2.00 WIB Kami sampai di pos 2.



POS 2: PONDOK WALANG
Malam semakin gelap, kami mengeluarkan senter dan headlamp kami, sembari istirahat sekaligus menikmati angin malam dan bulan yang bundar sempurna dan memancarkan cahaya cerah nya. 20 menit terkantuk-kantuk, akhirnya kami mulai berjalan pada 02:15 WIB dengan hanya 1 carrier. Perjalanan menuju pos 3 terasa berat dikarenakan lebatnya vegetasi, yang membuat makin banyaknya karbondioksida terhirup dalam paru-paru ini. Tak khayal, pening kami rasakan selama perjalanan. Medan tanah dan jalanan yang semakin menanjak membuat kami kesulitan kala itu. 1 jam berjalan dalam suasana gelap dan dingin pun berakhir saat kami sampai di pos 3, karena langit mulai berubah warna menjadi biru tua. Pukul 03:15 WIB kami sampai di pos 3.



POS 3: PONDOK CEMARA
Di pos ini terdapat percabangan jalur via Pemalang. Pos 3 memiliki tempat camp yang lebih luas dibandingkan di pos 1 dan pos 2. Dengan medan yang masih sama seperti yang kami lalui tadi, kami terus berjalan, ditemani lagu yang mencairkan heningnya pagi itu. Jalur yang berkelok-kelok terkadang membuat kami agak bosan. Ikut bersenandung mengikuti irama musik dari HP lah yang mampu menawarkan jenuh dalam benak kami. Rasa lelah belum kami rasakan, karena memang belum sampai setengah perjalanan menuju puncak sih hehehe. Kulihat jam di hpku, waktu menunjukkan pukul 04:15 WIB saat kami tiba di pos 4.



POS 4: SAMARANTHU
Kami beristirahat sejenak disini, sambil melakukan ibadah sholat subuh. Kami tidur di pos samaranthu kurang lebih 1 jam lamanya karena memang sangat lah lelah trek nya, setelah itu tiba tiba ada pedagang yang mau ke warung nya yang berada di pos 5 dan ketemu kami di pos 4 dan pedagang tersebut menawarkan nasi orek (nasi berisi mie,kering,telur) dan gorengan, berhubung kamu lapar alhasil kamu membei 2 nasi dan 3 gorengan per masing masing orang untuk mengisi tenaga kembali yang mengingat puncak masih sangatlah jauh. Setelag makan, kami mulai berjalan kembali. Jalan menuju pos 5 tak sebegitu sulitnya jika dibandingkan dengan jalur antara pos 3 ke pos 4. Vegetasi disini semakin rimbun, dengan pepohonan yang menjulang tinggi dan akar-akar gantung yang bergerak tertiup angin. Dalam perjalanan, sunrise-lah yang menjadi penyemangat kami. Waktu tempuh menuju pos 5 adalah 1 jam. Pukul 05:15, kami tiba di pos 5.



POS 5: PONDOK MATA AIR
Di sini merupakan tempat favorit camp bagi para pendaki. Selain memiliki area luas dan shelter yang cukup besar, disini juga merupakan satu-satunya pos dengan sumber air. Namun, sumber air disini hanya musiman, yang kerontang saat kemarau dan sedikit menggenang saat penghujan. Saat kami tiba, cukup banyak pendaki yang baru memulai persiapan menuju puncak. Harum masakan terhirup saat kami beristirahat disini. Sejenak meluruskan kaki, kami lanjutkan perjalanan ini, dengan dibarengi oleh rombongan pendaki lain sejumlah 4 orang. Tak lama kami berjalan, dan kami pun tiba di pos 6 pukul 07:30 WIB.



POS 6: SAMYANG RANGKAH
Di pos 6 ini vegetasi mulai berkurang. Pohon-pohon besar sudah tak lagi terlihat di sekitar kami. Area disini tak terlalu luas, tapi cukup untuk mendirikan 1 -2 camp. Karena kami baru berjalan sekitar 30 menit, kami memutuskan untuk langsung melanjutkan perjalanan menuju pos 7, hitung-hitung untuk menghemat waktu. Jalan menuju pos 7 merupakan jalur yang sulit, karena tanjakan disini lumayan tinggi. Tanah disini sudah agak kering, jadi kaki kami dapat berpijak lebih mudah. Jantung kami mulai berdetak cepat dan nafas kami mulai memendek selama perjalanan. Untungnya, pos 6 menuju pos 7 hanya ditempuh sekitar 30 menit juga. Jadi, kami masih bisa menyimpan tenaga untuk mendaki puncak Slamet. Sekitar pukul 08:00 WIB kami pun tiba di pos 7.



POS 7: TANPA NAMA
Pos 7 merupakan batas pos bagi para pendaki untuk mendirikan camp. Disini juga terdapat shelter dari kayu beratapkan seng seperti pada pos 5. Karena perutku kami sudah tak mau berkompromi, akhirnya kamimembuka snack yang kami bawa dan memulai sarapan kecil. Dengan tenaga dari snack yang kami bagi berenam itu, kami kembali melangkahkan kaki menuju pos 8. Jalur menuju pos 8 hampir tak ditumbuhi oleh pepohonan, hanya semak belukar dan bunga abadi Edelweis yang kami lalui. Jalur disini kembali menanjak tinggi, dengan angin yang mulai berhumbus lumayan dingin. Dengan bantuan tenaga dari sarapan kami tadi, kami tiba di pos 8 dengan estimasi waktu 40 menit. Jarum arloji ku berputar menunjukkan pukul 09:00 WIB di pos 8.



POS 8: SAMYANG JAMPANG
Dari pos 8 ini, pos 9 sudah terlihat jelas. Tanpa basa-basi, kami mulai berjalan lagi tanpa beristirahat. Track menuju pos 9 yaitu tanah, dengan bebatuan yang dapat digunakan sebagai pijakan. Di kanan dan kiri kami terdapat jurang yang menjadi aliran lahar dari kawah Slamet. Dari kejauhan kami juga dapat memandang rangkaian hutan dengan pohon pinus yang menjulang tinggi. Kami pun tiba di pos 9 sekitar pukul 10:00 WIB, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.



POS 9: PLAWANGAN
Akhirnya kami tiba di pos terakhir Gunung Slamet, yang merupakan pintu (plawangan = pintu) menuju puncak Slamet. Pos 9 ini merupakan batas vegetasi, tak lagi ada tumbuhan yang hidup disini, hanya sekedar semak belukar yang keras mengakar. Dari pos ini, pemandangan kaki gunung Slamet terhampar sangat indah, membuat kami kagum. Namun, rasa kagum tersebut sesaat berubah menjadi rasa ngeri, ketika kami melihat jalur menuju titik tertinggi di Jawa Tengah ini. Muntahan erupsi Slamet tahun 2014 lalu menghiasi sekitar kami yang berwujudkan kerikil dan bebatuan besar. Dengan bebatuan sedimentasi berukuran besar dan tanjakan yang tinggi, kami melihat puncak Gunung Slamet yang terlihat nun jauh. Sejenak kami terdiam, jantung kami yang kala itu berdetak tenang tiba-tiba berubah menjadi deru. Kami terlihat sangat, sangat kecil ketika melihat kepala sang raksasa ini dari pos 9. Namun, tekad kami sudah bulat untuk merengkuh puncakmu, Gunung Slamet!



Dan sampai di pos 9 plawangan kami tidak langsung summit attack ke puncak melainkan mencari tempat teduh untuk tidur dulu kurang lebih 40 menit karena fisik kamu sangatlah lelah jalan dari jam setengah 1 malam tanpa henti dan langsung tembus ke pos 9 bukanlah main main hanya mereka yang mempunyai fisik yang badak yang berani seperti kami.
Setelah 40 Menit lama nya kami tertidur pulas, baru lah pukul 10.40 kami memberanikan diri untuk summit attack ke puncak.



PUNCAK SLAMET: PUNCAK SURONO
Tak banyak kata yang kami ucapkan ketika kami langkahkan kaki ini menuju Puncak Gunung Slamet, namun ucapan syukur pada-Nya kami lantunkan dalam hati, karena dapat berdiri tegak di puncak 3428 mpdl ini pada pukul tepat 12.00 siang dan menikmati lukisan indah-Nya. Lelah kami selama pendakian terbayar lunas saat memandang bentangan alam yang tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Matahari yang kala itu tak sempat muncul pun akhirnya menunjukkan dirinya, meski untuk sesaat. Sungguh momentum yang tepat untuk ber-narsis ria dengan selfie disana-sini hehe. Dari puncak Slamet, dapat terlihat pemandangan bebatuan-bebatuan besar di bawah kami dan hutan hijau lereng Slamet yang begitu lebatnya. Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Laut Jawa juga terlihat jelas saat tirai kabut itu lenyap. Dari Puncak Slamet, terlihat jelas kawah Slamet yang bernama Segara Wedhi, masih bernafas menghembuskan belerang. Akses menuju kawah Slamet dapat ditempuh sekitar 15 menit dari sini, dengan jalur tanah padat berpasir dan berkerikil. Untung saja kala itu badai tak menerjang puncak Slamet, karena area tersebut dikabarkan memang sering diterpa badai. Setelah beristirahat dan menyalakan kembali rokok , akhirnya kami bertiga memutuskan untuk turun dari tanah ini pada pukul 14:00 WIB.



Perjalanan turun ini terasa ringan, karena hasrat kami untuk memeluk Puncak Slamet telah tergapai. Kami turun dengan cepat, namun tetap berhati-hati melangkahkan kaki kami secara zig-zag untuk mengurangi resiko terpeleset. Lagi-lagi kabut kembali menampakkan diri selama kami menuruni Puncak Surono. Perjalanan turun dari puncak Slamet menuju camp kami di pos 2 hanya memakan waktu tempuh sekitar 3 jam. Obrolan dan candaan kami masih berlanjut hingga bulan bersinar di balik rimbunnya pohon-pohon pos 2. Setelah lelah bercerita kesana-kemari,



Perjalanan turun menuju pos 1 ditempuh sekitar 1 jam. Di pos 1, warung-warung yang kemarin tutup sekarang mulai ramai oleh para pedagang yang berjualan dikarenakan kami turun tepat pada malam minggu. perjalanan menuju Basecamp Bambangan pukul 19:00 WIB. Sepanjang jalan kami menjumpai banyak rombongan pendaki yang hendak naik. Perjalanan kami juga tidak membosankan karena di bumbui dengan tawa dan candaan. Dengan berjalan cepat, akhirnya pada pukul 20.00 kami tiba di Basecamp Bambangan.
Di basecamp kami beristirahat cukup lama yakni 2 jam. sembari menunggu jam 10 malam tiba kami makan mie ayam didekat basecamp yang enaknya luar biasa . Seusai Makan Pukul 22:00 WIB, tim kami yang berjumlah 6 orang dari semarang mulai mengambil motor yang kami titipkan di penitipan motor di rumah warga dekat basecamp bambangan. Waktu berlalu sekitar 6 jam, dan akhirnya kami tiba di semarang pada pukul 5:30 WIB selamat sentosa.
Itulah sepenggal kisah pendakian tektok kami di titik tertinggi Jawa Tengah, Gunung Slamet. Sungguh suatu pencapaian bagi kami ber enam karena dapat menengadahkan kepala kami di Puncak Slamet. Kerasnya tekad kami mampu mengalahkan kerasnya medan Gunung Slamet. Rasa bangga, sedih, suka, dan duka bercampur aduk dalam kepala kami tatkala mengingat kembali cerita kami ini. “Kalau ada sumur di ladang, bolehlah kita menumpang mandi; kalau ada umur panjang, bolehlah kita berjumpa lagi”. Itulah pepatah yang tepat untuk menggambarkan hasrat kami untuk kembali lagi ke puncak Slamet, entah kapan yang pasti saya tidak tahu karena sudah kapok hahahaha.
Kita kalkulasikan:
BASECAMP – POS I Pondok Gembirung (1jam)
POS I – POS II Pondok Walang (1,5jam)
POS II – POS III Pondok Cemara (1jam)
POS III – POS IV Pondok Samaranthu (1jam)
POS IV – POS V Samyang Rangkah (1 Jam
POS V – POS VI Samyang Jampang (1 Jam)
POS VI – POS VII Samyang Kendil (1 menit)
POS VII – POS VIII – Puncak Slamet/ Bibir Kawah (2jam)
Istirahat tidur = 2 jam
TOTAL = 11,5 jam. Untuk turun kita bisa potong 30-40% waktu perjalanan naik kira-kira menjadi 6jam.
TIPS PENDAKIAN
  1. Pilihlah hari yang bagus untuk mendaki, usahakan jangan waktu hujan
  2. Latihan fisik seminggu sebelum hari H
  3. Persiapkan tim dan perlengkapan yang akan dibawa . Jangan lupa bawa sesuatu misal benda kesayangan atau tulisan untuk seseorang supaya bisa foto bareng saat di puncak
  4. Tim yang solid adalah 5-8 orang. Jika sedikit usahakan 3 orang (1 orang harus sudah pernah naik gunung)
  5. Jangan sepelekan keselamatan. Pakai sandal atau sepatu gunung dan jaket gunung. Bawa makanan dan air secukupnya jangan terlalu sedikit dan jangan terlalu banyak. Yang paling penting jangan melanggar peraturan dan jangan buang sampah di gunung
  6. Untuk pendakian Slamet kita bisa naik pagi atau malam. Jika pagi bagusnya pukul 10-13. Jika malam 6-7
  7. Dirikan tenda di tempat yang datar dan usahakan diselimuti pohon atau semak supaya tidak terkena angin gunung langsung
  8. Jika ada anggota kelompok yang tidak bisa melanjutkan perjalanan sebaiknya ditemani. Atau jika sakit parah langsung beritahu dengan kelompok lain.
INFORMASI GUNUNG SLAMET
Nama: Gunung Slamet
Ketinggian: 3.428 mdpl
Lokasi: Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal, dan Pemalang (Jawa Tengah)
Tipe: Gunung berapi stratovolcano
Letusan terakhir: 2014
Kondisi: udara dingin, kabut, hutan, trek batu, puncak berpasir, kawah berbahaya
Spot alam: perkebunan
Sumber air: Sumur Penganten (jalur Kaliwadas)
Flora: Elang Jawa, Owa Jawa, berbagai macam burung
Fauna: Edelweis,
Hutan: hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montana, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung
Wisata: Baturaden (Purwokerto),pemandian air panas Guci (Tegal)
Jalur pendakian:
  1. Jalur Baturaden (Purwokerto) jalur resmi
  2. Jalur Bambangan (Purbalingga) jalur resmi
  3. Jalur Kaliwadas (Brebes) jalur resmi
  4. Jalur Dukuhliwung (Tegal)
  5. Jalur Guci (Tegal)
  6. Jalur Kaligua (Bumiayu)
Puncak: Puncak Surono
Kawah: Segoro Wedi
View gunung lain dari puncak: G. Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu
Mitos: Ramalan Ki Jayabaya yang mengatakan suatu saat Pulau Jawa akan terbelah dua, Hal tersebut dikaitkan dengan pengandaian gunung Slamet jika meletus hebat.
Kismis (Kisah misteri): Menurut cerita di jalur Guci ada makhluk kerdil yang dulunya adalah seorang pendaki yang tersesat. Pada jalur Bambangan juga banyak ditemukan pos-pos dengan nama seram.
Twitter: https://twitter.com/infoslamet

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Pendakian Tektok Lawu Via Candi Cetho Yang Terbakar Habis

Catatan Pendakian Tektok Gunung Sindoro Yang Mempesona

Catatan Pendakian Tektok Semeru Yang Sungguh Melelahkan