catatan pendakian tektok sumbing yang melelahkan

Kamis, 13 Oktober 2018
Plan yang saya rencanakan ini termasuk dadakan, karena kami ingin mencoba naik Gunung Sumbing jalur Banaran Gunung Sumbing yang katanya jalur eskalator dengan ratusan ribuan tangga nya sampai pos 3. Penasaran kami pun memutuskan di tahun 2018 ini dengan mendaki Gunung Sumbing. Saya beserta Andy rekan saya yang waktu itu pendakian saya lakukan hanya 2 orang saja mengingat pendakian yang saya lakukan ini secara tektok. Kami berdua pun Memulai perjalanan dari Semarang pada tanggal 15 Oktober 2018 pukul 18.00, setelah selesai belanja logistik dan sebagainya untuk mengisi kulkas carrier, berangkatlah kami ke basecamp @sumbingeastroute berdasarkan arahan pihak basecamp via chatting whatsapp. Basecamp Banaran ini terletak di sekitar 1100 mdpl, dari Magelang kami menuju arah Secang dan berbelok ke Temanggung, lalu sampai samsat Temanggung / terminal belok kiri arah taman Pikatan, sampai disitu kembali belok kiri dan akan ada perempatan petunjuk arah basecamp Banaran, ambil saja arah kanan kemudian ikuti jalan utama sampai menemukan pertigaan jalur Lamuk dan Banaran ambil arah kiri, di pos ronda akan ada plang Banaran, ikuti jalur dan nantinya akan sampai di Basecamp yang berada di dekat kantor Desa Banaran. Kami disambut dengan segelas teh manis dengan keramahan pengelola Basecamp , Pukul 21.00 kami tiba di basecamp untuk mendaki pada jam 12 malam nanti, disediakan aula / gor yang cukup luas yang merupakan bangunan dari Gedung Desa Banaran. Kami beristirahat untuk memulai aktifitas pendakian untuk malam nanti.

Jumat, 14 Oktober 2018
Pukul 23.30 kami berdua segera untuk mempersiapkan diri dan mempersiapkan alat dan logistik untuk memulai pendakian sumbing . Dinginnya Malam dan sunyinya pada waktu itu membuat suasana semakian mencengkam,bagaiamana tidak saya hanya mendaki hanya berdua saja waktu itu, tapi disamping itu cuaca cerah banyak bintang bertaburan masih terlihat jelas di langit Banaran pada tengah malam. Usai persiapan masing-masing dari kami berdoa untuk diberi kelancaran pada saat melakukan pendakian Tektok sumbing.
Dan perlu diketahui bahwa terdapat warung Bu Siti yang berada persis di bawah basecamp, warung ini cukup lengkap hampir menyerupai toko kelontong. Disini kami bisa menemukan berbagai logistik bahkan sarung tangan dan kaos kaki pun ada. Kami memesan sarapan untuk selanjutnya memulai pendakian. Usai makan malam kami melakukan registrasi. Tiket pendakian Gunung Sumbing via Banaran Desember 2018 Rp. 10.000 / orang, parkir motor Rp. 5.000 dan ojek naik / turun sampai pos 0 Rp. 40.000. Ojek pun segera datang tidak lain dan bukan driver nya adalah mas mas basecamp yang bersama kami. Dengan skil mengemudi mereka, kami dibawa melaju ke pos 0 yang jika berjalan kaki memakan waktu sekitar 2 jam. Trek yang sangat menanjak menurutku, tapi mereka santai saja mengemudikan motor membawa carrier di depan dan saya di belakang. Kurang dari 15 menit kami sampai di pos 0 atau Brangkalan dengan ketinggian 1438 mdpl setelah melewati pemukiman penduduk yang menanjak dan ladang petani.
Pos 0 – Pos 1  00.15 – 01.30
Dari pos 0 –  pos 1 adalah pos jarak yang terjauh, mula-mula kita sudah disuguhi tanjakan ladang penduduk yang cukup membuat gemetar kaki. Jalur Banaran ini memang bisa dikatakan minim bonus. Bisa dihitung untuk jalur landai hanya sekian persen dan cuma beberapa meter. Berjalan menelusuri ladang, kami menemukan sebuah bangunan bernama Dong Banger, yaitu shelter beratap genteng cukup kokoh bisa untuk sekedar mengistirahatkan kaki dan pundak usai tanjakan tadi 😂 Sebentar break disini, kami melanjutkan perjalanan trek berikutnya adalah tanah padat yang tidak terlalu menanjak dan vegetasi sudah mulai memasuki area hutan. Jalur cukup jelas menurut saya, tidak ada percabangan yang membingungkan. Juga masih bersih, tidak ada dan JANGAN ADA yang membuang sampah sembarangan disini. Setengah perjalanan, kami sampai di kedai kopi Gane Sari yang merupakan batas ladang penduduk, juga ada mushola serta toilet. Warung yang cukup komplit menyediakan es teh, gorengan, dan kawan-kawannya. Kami bertemu rombongan pendaki dari Jogja , tidak berlama-lama kami segera berangkat bersama menuju pos selanjutnya. Kali ini saya memang me-manage waktu dengan cukup ketat, karena dari dari target yang sudah saya tetapkan sampai pos 1 harus jam 01.30 . Tidak lama setelah itu, kami menemukan gapura “selamat mendaki gunung Sumbing” yang juga ada kursi kayu di sebelahnya untuk sekedar beristirahat mengatur nafas.
Sebenarnya jalur eskalator atau tangga dibuat untuk memudahkan pendaki, kalau tidak nggak kebayang licin dan terjalnya jalur 😅 walaupun memang cukup melelahkan saat naik, tapi akan terasa mudah saat kita turun.
Pos 1 –  Pos 2 01.30 – 2.30
Menuju pos 2 kami dipertemukan lagi dengan jodoh tangga berundak yang membuat betis dan kaki ini ber pegal pegalan dengan tanjakan sekian derajatnya. Satu persatu tangga kami lewati anggaplah sudah hampir selesai 😁 di sepanjang jalur akan ada beberapa kursi kayu untuk mempermudah pendaki yang hendak bersitirahat sebentar. Cuaca masih cerah sepanjang perjalanan, kami masih terus menapaki satu persatu tangga untuk mencapai pos 2. Sesekali ada tangga dari bebatuan yang masih manusiawi atau tidak terlalu terjal 😁 sekitar 1 jam kemudian kami sampai di pos 2. Disini juga ada shelter cukup luas, kami hanya berdua dan tidak menemui rombongan siapapun jadi yang ada hanyalah sunyi sepi dan hening dan ditemani para bintang serta dinginnya malam. Tidak break lama, kami segera melanjutkan perjalanan.
Pos 2 – Pos 3 2.30 – 03.30
Keluar dari area pos 2, kami masuk ke kawasan Setari dengan jalur yang cukup landai meski tidak seberapa. Menuju pos 3 ini kami masih menjumpai beberapa tangga kayu yang sama seperti sebelumnya, meski tidak full semua jalur. Vegetasi mulai penuh dengan pohon mandingan, sehingga jika angin bertiup kadang batang pohon manding akan bergesekan dan menghasilkan suara. Kami melanjutkan perjalanan sambil sesekali berhenti mengatur nafas dan langkah kaki. Tidak berapa lama kemudian kami sampai di pos 3. Disini ada beberapa tenda yang sudah berdiri dan ditinggal summit, area pos 3 memang masih masuk vegetasi jadi tidak terkena terpaan angin secara langsung, namun untuk summit kemungkinan membutuhkan waktu lebih dari 4 jam dari pos ini. Pos 3 juga merupakan pertemuan antara jalur Banaran dan jalur Lamuk. Kami break cukup lama disini sebelum meneruskan perjalanan. 
Pos 3 – Pos 4 03.30-04.30
Menuju pos 4 jalur sudah berubah yang tadinya banyak tangga dari bebatuan maupun kayu, menjadi tanah menanjak dengan sedikit bebatuan. Kami melewati rimbunnya pohon mandingan yang sesekali hampir mirip hutan mati di kawasan Grenden Merbabu. Kabut mulai turun tapi cuaca masih cukup mendukung untuk melanjutkan pendakian, jalur yang didominasi tanah seperti ini akan sangat licin ketika turun hujan. Jadi sedia sepatu yang kokoh untuk mengantisipasi agar tidak terpeleset. Jarak antara pos 3 menuju pos 4 adalah 627 meter. Sekitar 1 jam kami tempuh. Usai jalur hutan yang cukup rapat vegetasi mulai terbuka tebing-tebing bebatuan menyambut kami, terlihat watu ondho yang merupakan pertanda pos 4 sudah dekat. Di watu ondho ini kita sedikit menggunakan skill memanjat karena jalur diharuskan menggunakan tali yang sudah ada, terpasang 2 tali berwarna merah dan biru juga ada rantai, pastikan pegangan tangan dan pijakan kaki kuat dan usahakan saling mengawasi serta fokus, karena jika tidak hati-hati cukup fatal, di sebelah kiri dihadapkan pada jurang yang amat dalam.
Usai melewati watu ondho, sampailah kami di pos  4. Disini sudah ada beberapa tenda yang berdiri maupun pendaki yang berfoto dan menunggu sunrise karena kami tiba di pos 4 pukul setengah 5 pagi. Kami segera mencari tempat karena pos 4 tidak terlalu luas mungkin muat sekitar 10-15 tenda kapasitas 4 orang saja. Di pos 4 ini cukup baik untuk melihat matahari terbit, tapi dengan kondisi vegetasi yang terbuka, menjadikan angin disini bertiup cukup kencang terlebih saat ada badai. Kami segera mendirikan tenda, dan benar saja pas saya turun dari puncak sumbing tenda saya mawot keterak angun dan alhasil frame tenda consina saya patah dan retak semua. Segera saja kami membereskan tenda dan mengecek apakah ada barang yang hilang didalam tenda.
Pos 4 – Segara Banjaran 06.30-08.00
Pukul 06.30 kami bangun dan mempersiapkan diri untuk summit , kondisi di sekitar pos 4 anginnya sangat kencang yang terus menerus menerpa tenda kami di pos 4. Setelah membawa cukup logistik, saya mencoba keluar tenda dan mengecek keadaan, setelah dirasa cukup aman pukul 06.30 kami berangkat summit menuju puncak rajawali. Jalur mula mula masih melewati punggungan bukit, puncak berada di balik tebing yang menuju ke arah segoro banjaran. Dari pos 4 ini naik sedikit dan ke arah kanan 200 meter akan ada mata air.
Kami cukup santai saat summit, dan baru bertemu dengan 1 rombongan di depan kami. Sambil melewati perbukitan menuju segoro banjaran, kami melawati 2 sungai yang debit airnya kecil. Jalan terus menanjak, sepertinya akan terus seperti ini sampai banjaran. Setelah hampir mendekati tebing cuaca berkabut, kami lanjutkan perjalanan sambil berharap agar saat tiba di puncak maupun saat turun cuaca kembali bersahabat. Dari sini, terlihat view gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo dan Ungaran nampak gagah mengelilingi Jawa Tengah. Sekitar 1,5 jam berjalan, kami masuk di celah dua tebing menuju segoro banjaran. Subhanallah, apa yang saya rasakan saat itu begitu takjub, tidak sia-sia rasanya melewati trek melelahkan seperti itu tapi view yang didapat lebih dari ekspetasi.
Tidak lama kami berhenti, kami terus mengitari segara banjaran dimanjakan dengan view nya yang sangat eksotis. Cuma Sumbing yang bisa begini 😍 menuju arah kawah akan ada plang kemana tujuan kita selanjutnya, ada puncak sejati yaitu puncak dari jalur pendakian Butuh dan Mangli Kaliangkrik Magelang, puncak Buntu dari jalur pendakian Garung Wonosobo, dan ada kawah gunung Sumbing. Kami menuju arah puncak Rajawali,
sepertinya cukup terjal, kami bertemu dengan dua orang pendaki dari Jogja, akhirnya kami meminta bantuan untuk mendaki bersama menuju Puncak rajawali karena salah satu dari mereka sudah pernah ke puncak Rajawali. Jalur cukup menanjak dan bervariasi, dari mulai bebatuan dan tanah yang sesekali melipir di tepi jurang, ada satu spot yang cukup riskan untuk dilewati yang jalurnya tipis dari bebatuan, keep safety ya jangan terburu-buru 😅 Setelah cukup lama berjalan dan kadang break, bendera Puncak Rajawali sudah terlihat, kami pun mempercepat langkah dan finally, sampailah kami di Puncak rajawali gunung Sumbing. Sangat lega, akhirnya perjuangan dengan doa dan keyakinan menjawab langkah kaki kami menapaki titik tertinggi Gunung Sumbing. Dari sini, kami seperti mendapat hadiah dari Tuhan. Menengok arah timur jalur pendakian hampir seluruhnya tertutup oleh kabut, tapi saat menengok arah barat seperti jalur Bowongso, semua view seperti Gunung Sindoro, Prau, Slamet terlihat jelas tanpa awan menutupi sedikitpun. Tidak henti-hentinya saya merasa takjub pada karya dan keajaiban yang Tuhan berikan pada kami. Setelah break dan menikmati pemandangan dari puncak kami mulai perjalanan turun pukul 14.00
Puncak – Basecamp 14.00 – 18.30
Perjalanan turun dari puncak memakan waktu kurang lebih 4 setengah jam dari puncak untuk menuju basecamp, tantangan tersendiri ketika turun yakni trek yang nukik kebawah serta ekstra hati hati ketika turun karena perjalanan turun lebih melelahkan ketimbang naik karena pada saat perjalanan turun kaki lebih menumpu berat badan ketika turun.
Ketika perjalanan turun dari puncak nantinya akan melewati padang savana yang sungguh eksotis dan mantab dan elok dilihat di mata, berhenti sejenak dan berfoto foto ria untuk mengabadikan momen yang bagus ini karena cuaca kebetulan juga cerah dah badai angin
Alhamdulillah perjalanan cukup lancar dan cuaca cerah sampai kami sampai di pos 0. Sepanjang perjalanan saya sangat santai sambil mendengarkan musik melewati eskalator Banaran bahkan sempat minum extra joss biar tenaga makin ngejosss di kedai kopi Gane Sari 😁. Sesampainya di pos 0 kami menelepon pihak basecamp untuk menjemput kami dengan ojek, dengan sigap driver andalan Banaran pun menghampiri kami dan membawa kami ke basecamp. FYI, ojek turun gunung ini tidak kalah ngeri dengan saat naik kemarin 😂
DONG RANGER
Sesampainya di basecamp, kami kembali disuguhi teh hangat yang menambah cita rasa pendakian semakin menyenangkan, pihak basecamp dengan cepat menghitung berapa pendaki yang sampai dan memberikan teh hangat. Well, pertahankan kakak-kakak BC Banaran saya saluuuuttt 👏 Setelah bersantai dan membersihkan diri, kami menutup registrasi dengan check out dan mengambil kartu identitas. Pukul 20.30 kami berpamitan dengan pihak basecamp dan melaju pulang ke Semarang, sampai di rumah pukul 23.00 rasa lelah dan penasaran terbayar lunas. Alhamdulillah, terimakasih untuk Allah SWT dan kedua orang tua ku yang sudah memberikan restu kepada kami, pihak basecamp Banaran dan semua pendaki maupun warga yang kami temui. Sampai Jumpa 😄

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Pendakian Tektok Lawu Via Candi Cetho Yang Terbakar Habis

Catatan Pendakian Tektok Gunung Sindoro Yang Mempesona

Catatan Pendakian Tektok Semeru Yang Sungguh Melelahkan